Jumat, 24 September 2010

Cermin Akhirat

oleh : Syamsu Hilal

“Ikhwaanuna yudzakiruunana bil aakhirah, wa ahluuna yudzakkiruunana bid dun-ya” (saudara kami mengingatkan kami kepada akhirat, sedangkan keluarga kami mengingatkan kami kepada dunia).


Asy-Syaja’ah (Keberanian)


Asy-syaja’ah (keberanian) adalah salah satu ciri yang dimiliki orang yang istiqamah di jalan Allah, selain ciri-ciri berupa al-ithmi’nan (ketenangan) dan at-tafaul (optimisme). Jadi orang yang istiqamah akan senantiasa berani, tenang dan optimis karena yakin berada di jalan yang benar dan yakin pula akan dekatnya pertolongan Allah.

Anyaman Tikar


Dalam sebuah perjalanan, dua orang santri terpaksa menempuh jalan darat yang sangat jelek, belum diaspal, bergelombang dan banyak kubangan lumpur. Namun, santri yang memegang setang kemudi motor, tetap melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Berkomentarlah santri yang dibonceng: "qalbun-qalbun", maksudnya: "hati-hati, jangan ngebut, nanti kita bisa celaka".

Kamis, 23 September 2010

Anak Kita Masa Depan Bangsa

Oleh : Nursanita Nasution, SE. ME

Sebagai Partai Da’wah, Partai Keadilan (PK) sangat peduli dengan masalah keluarga. Mengingat peran keluarga sangat penting dalam membentuk karakter bangsa. Tak salah jika kemudian bidang kewanitaan DPP PK yang membawahi departemen keluarga, mengupayakan terbentuknya generasi penerus yang bertakwa, sehat, cerdas emosi dan intelektualnya.


Di Balik Gemerlap Pasar

Bagaimana sikap kita terhadap pasar? Apakah sangat gandrung dan mencintainya? Apakah merasa sangat kerasan dan senang ketika berada di dalamnya? Apakah kita termasuk orang yang sering dan gemar masuk, serta jalan-jalan di sana?

Sebelum menjawab itu semua, seorang muslim dan muslimah harus tahu bahwa dirinya tidak mencintai atau membenci sesuatu karena hawa nafsunya. Akan tetapi mencintai dan membenci sesuatu karena Allah
subhanahu wata’ala. Mencintai apa yang dicintai Allah dan membenci apa yang dibenci Allah. Seorang muslim juga harus mencintai apa saja yang dapat mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala dan membenci apa saja yang dapat menjauhkan dari-Nya. 


Rabu, 22 September 2010

Berbuat Adil

1. Adil terhadap Anak-Anak.

Orang tua (khususnya ayah) wajib berlaku adil terhadap anak-anaknya dalam masalah pemberian atau pun hadiah. Nabi Shallallaahu alaihi wa salam telah bersabda, “Berbuat adillah terhadap anak-anak kalian! Berbuat adillah terhadap anak-anak kalian!” (HR. Abu Daud, Ahmad dan An-Nasai’)


AMANAH

Tatkala Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin memperoleh Fathu Makkah (kemenangan Makkah), beliau memanggil Utsman bin Thalhah bin Abi Thalhah (juru kunci Ka'bah di zaman Jahiliyah), lantas Rasulullah berkata, "Tunjukkan kepadaku kunci Ka'bah." Utsman pun bergegas membuka tangannya, dan bermaksud memberikan kunci itu kepada Nabi. Tapi, hampir
saja beliau menerima kunci tersebut, tiba-tiba Al-Abbas berdiri dan berkata, "Ya Nabi, demi Bapakku, Engkau dan Ibuku, berikan kunci itu kepadaku, supaya aku yang mengurus masalah pengairan dan kunci ka'bah itu sekaligus." Mendengar ucapan ini, Utsman menutup kembali tangannya (enggan memberikannya kepada Rasulullah SAW).


Akhlaq Dan Kebangkitan Umat

Akhlaq adalah bentuk plural dari al-khulq atau al-khuluq. Secara literal, al-khulq atau al-khuluq bermakna al-sajiyah, al-filaan*, al-muru`ah, al-‘aadah, dan al-thib’ (karakter, kejiwaan, kehormatan diri, adat kebiasaan, dan sifat alami).

Al-Mawardiy menyatakan bahwa, makna hakiki dari al-khuluq adalah adab (budi pekerti) yang diadopsi oleh seseorang, yang kemudian dijadikan sebagai karakter dirinya. [Imam Qurthubiy, Tafsir Qurthubiy] Sedangkan budi pekerti yang telah melekat pada diri seseorang disebut dengan al-khiim, al-syajiyah, dan al-thabi’ah (karakter). Atas dasar itu, akhlaq adalah al-khiim al-mutakallaf (tabiat [karakter] yang dibebankan atau karakter ciptaan), sedangkan al-khiim adalah al-thab’u al-ghariziy (karakter yang bersifat naluriah [tabiat, atau karakter bawaan]).